Jumat, 17 Juni 2016

The Caretaker


Liga Champions musim ini mampu diraih oleh Real Madrid dan menyempurnakan gelar Un Ladecima setelah mengalahkan Atletico Madrid di babak Final melalui drama adu pinalti. Zinedine Zidane menjadi aktor utama dalam gelar yang diraih oleh Real Madrid, pasalnya tim ini menjadi tim pesakitan di awal musim dengan performa yang angin-anginan dan kerap mengalami kekalahan ketika melawan tim kecil. 

Berstatus sebagai assisten pelatih di awal musim, namun akhirnya naik jabatan menjadi pelatih kepala pasca dipecatnya Rafael Benitez dari kursi kepelatihan, Zidane mampu menunjukkan kapasitasnya sebagai pelatih pengganti dengan mampu membawa tim nya kembali ke papan atas klasemen dan menjuarai Liga Champions musim 2015-2016.

Zidane bukan yang pertama, dimana sebelumnya ada Roberto Di Matteo yang mampu membawa Chelsea merengkuh gelar juara Liga Champions untuk pertama kalinya dalam sejarah. Sama seperti Zidane, Di Matteo pada saat itu hanya menjabat status sebagai pelatih pengganti atau istilah bekennya Caretaker. 

Nah kebetulan gw punya cerita yang hampir sama dengan Zidane dan Di Matteo tapi agak berbeda sedikit dengan versi yang gw punya. Begini ceritanya, pada kala itu sekitar tahun 2012 gw ditunjuk sebagai assisten pelatih untuk menukangi tim FKBO (Futsal Kabupaten Bogor) yang akan berlaga di beberapa kompetisi. Awalnya kaget juga secara pada saat itu umur gw masih muda banget dan lebih memilih menjadi pemain ketimbang assisten pelatih. Gw memberanikan diri untuk bilang ke manajemen terkait hal ini namun akhirnya manajemen malah menetapkan gw sebagai assisten pelatih merangkap sebagai pemain. Walaaah dobel tanggung jawab, apa yang bisa dilakukan oleh gw sebagai pemain dan assisten pelatih dengan pengalaman yang masih minim ini??

Pelatih kepala gw ternyata lulusan salah satu akademi di negeri Belanda, namun akademi sepakbola bukan futsal, maka dari itu manajemen menempatkan gw sebagai assistennya mungkin karena dianggap gw mempunyai pengalaman yang lebih baik di bidang futsal dibanding pelatih kepala. Pertama kali dateng dan lihat materi pemain FKBO gw sangat kaget karena mereka merupakan pemain bagus semua, agak gugup awalnya karena bingung apa yang mau diajarkan ke mereka. Secara mereka semua telah mempunyai skill yang mumpuni dan diatas rata-rata, sama aj “Ngajarin ikan berenang” ini mah broooo.

Dan benar saja  prediksi gw, ternyata gw yang megang kendali penuh di tim ini baik dari pemanasan, materi latihan, pendinginan hingga line up pemain ketika bertanding. Sementara pelatih kepala hanya memberi pengarahan yang sifatnya umum dan bukan mengenai taktik ataupun teknis permainan. Di beberapa kejuaraan lokal alhamdulillah kami mampu meraih juara demi juara dan puncaknya kami mampu lolos dari regional Liga Futsal Amatir di Sukabumi dan berlanjut di Kota Bandung.

Namun akhirnya kami kalah dan tidak lolos sampai fase final karena kalah di semi final oleh salah satu tim ternama asal ibu kota yaitu My Futsal Jakarta yang ditukangi oleh Doni Zola pada saat itu. Akhirnya kami kembali ke Bogor dengan tertunduk lesu dan setelah itu gw mengundurkan diri karena ingin fokus mengembangkan diri di tempat lain.

Pengalaman yang menarik menjadi seorang Caretaker dengan beberapa thropy juara untuk tim FKBO, setidaknya gw mampu membuktikan diri dan mampu bersaing dengan pelatih-pelatih senior yang memiliki jam terbang lebih tinggi dibanding gw. Sedikit ironis memang, kalau cerita Zidane dan Di Matteo menukangi tim yang awalnya menjabat sebagai assisten lalu menjadi pelatih kepala karena dipecatnya sang pelatih, tapi kalau gw beda melainkan karena pelatih kepalanya tidak mampu memegang tim karena kemampuannya yang kurang mumpuni dibidang futsal. Apapun itu gw sangat menghargai manajemen karena telah memberi kepercayaan penuh hingga gw bisa belajar lebih banyak sebagai pelatih di tim ini.

0 komentar:

Posting Komentar