Jumat, 23 September 2016

When Saturday Comes



Hujan yang cukup deras mengguyur malam minggu Saya kala itu. Sehabis magrib Saya dan Bagust bergegas pergi menuju rumah Andritany untuk sekedar berkumpul dan melepas rindu. Andri baru saja tiba dari Gresik pagi ini setelah melakoni pertandingan bersama tim nya Persija Jakarta tadi malam. Memang saat ini Andri sedang naik daun setelah menjadi kapten Persija Jakarta dibeberapa pertandingan terakhir dan dipanggil untuk mengikuti seleksi Timnas Indonesia.

Sebenarnya kami telah betemu pagi tadi ketika secara bersamaan hadir di acara pernikahan teman kami Muhammad Alfian, namun Andri meminta Saya dan Bagust hadir dirumahnya untuk sekedar ngopi dan kongkow bareng. Sulit rasanya untuk menolak ajakan Andri, karena memang kami sudah cukup lama tidak kongkow kualitas sambil ngomongin negara.

Kami sudah kenal dekat sejak jaman SMP dulu, karena memang kami berasal dari satu sekolah yang sama, yaitu SMP N 131 Jakarta Selatan. Bedanya Andri berada dibawah satu tingkat dari Saya dan Bagust, dia memang lebih muda dan baru masuk sekolah kami ketika kami naik kelas 2. Saya dan Andri sudah lebih dulu kenal ketika kami sama-sama membela Tim Persija Jakarta U-14 yang bermarkas di Stadion Menteng (kini taman menteng). Walau kami berbeda SSB namun masing-masing dari kami bisa lolos dan secara bersamaan memperkuat Persija Jakarta. Pada saat itu kami sama-sama menjadi bagian penting dari Tim, dimana Saya dan Andri menjadi pemain inti dalam Tim tersebut. Yang membedakan hanya posisi bermain, dimana Saya berposisi sebagai winger dan Andri berposisi sebagai goal keeper.

Dari awal seleksi kami sudah saling tegur sapa dan menjadi teman baik, itu berlanjut hingga kami masuk ke sekolah yang sama. Suatu kebahagiaan tersendiri ketika bisa kembali bersama dalam satu sekolah, apa lagi saat itu Andri baru saja pulang dari Thailand membela Timnas Indonesia U-14. Andri berhasil lolos dari beberapa tahapan seleksi hingga menjadi kiper utama Timnas U-14 namun Saya hanya mampu menembus Tim Utama Persija U-14 saja, tidak sampai Timnas. Hehehe mungkin memang bukan rezekinya, tapi jujur dari dulu Andri sudah terlihat bakat besarnya di sepakbola, kemudian didukung oleh support dari orang tua yang memang luar biasa menurut saya. Ayahnya selalu hadir disetiap pertandingan, bukan hanya pertandingan bahkan ketika latihan saja sang Ayah tidak pernah absen mendampingi anak kesayangannya itu.

Saking derasnya hujan malam itu membuat kami lapar dan memaksa kami untuk pergi ke luar mencari makan. Kami bertiga berniat mencari Soto Mbok Giyem di daerah Lenteng Agung namun ternyata tutup, lalu kami mengalihkan tujuan kami ke tempat Mie Ayam dan Bakso. Akhirnya kami tiba di salah satu warung bilangan Pasar Minggu, dengan segera kami memesan makanan kami sambil ngobrol ngalor ngidul ngomongin banyak hal. Tapi ada satu hal yang cukup mengejutkan dari perbincangan kami, Andri ngomongnya dewasa banget, visioner dan beda banget dari Andri yang kami kenal dulu. Ngomonginnya masa depan dan kedewasaan dalam menjalani hidup. Padahal dulu nih yaaa si Andri sekolah aj jarang masuk, ngetik di komputer aj tulisannya berantakan, apa lagi kalo disuruh ngomong di depan umum. Hadeuuhhh gak kebayang dehhh.

Usut punya usut ternyata Andri banyak belajar dan mendapat siraman rohani dari teman sekamarnya di Persija, siapa lagi kalo bukan Sang Legend Bambang Pamungkas. Andri banyak bercerita tentang Bepe malam itu, banyak pelajaran yang dapat diambil darinya baik dari dalam maupun luar lapangan. Kedewasaanya dalam berfikir dan kecerdasan dia yang memang sudah melekat sejak dulu membuat Saya dan Bagust terkagum-kagum akan pesona seorang Bepe. Dan ternyata Bepe ketika jaman sekolah dulu selalu menjadi bintang kelas di sekolahnya lohh, langganan peraih ranking 1 dan 2 di kelas. Kok agak sedikit berbeda dengan Andritany yaa *) tanya kenapa? *)hehehe piss ndri becanda, eh tapi emang bener kan? :p

Andri bercerita tentang kisruh sepakbola saat ini, dan dia menyampaikan beberapa pendapatnya terkait kisruh yang dialami PSSI. Malam itu Saya dan Bagust hanya menjadi pendengar setia dengan sesekali menyela pembicaraan Andri untuk berpendapat sesuai dengan keyakinan kami. Mulai dari kepengurusan PSSI, mafia sepakbola hingga badan olahraga profesional yang dibentuk oleh para pemain, yaitu APPI yang saat ini diketuai oleh Ponaryo Astaman.

Panjang lebar Andri bercerita namun ada hal bagus yang akhirnya dapat Saya simpulkan dalam kongkow kualitas kami malam itu. Hidup itu harus berfikir terbuka dan jadilah orang yang visioner, persiapkan semuanya sejak dini, tentunya dengan rencana yang matang dan terstruktur. Berani mencoba hal baru yang mungkin memang belum kita kuasai atau mungkin memang bukan passion kita namun tidak ada salahnya mencoba. Orang disekitar kita adalah rezeki kita, terbukalah dengan mereka untuk berkomunikasi dengan baik dan mengambil kebaikan dari mereka. Cobalah dari sekarang untuk berfikir terbuka agar hidup kita menjadi lebih baik dan mampu berjalan sesuai dengan rencana.

0 komentar:

Posting Komentar