Pergantian
posisi yang sudah diatur dalam skema awal bukanlah hal yang mudah untuk dipraktekan
dalam pertandingan resmi. Semua yang sudah dipersiapkan jauh-jauh hari harus
berubah dan disesuaikan dengan kebutuhan tim pada saat itu. Formasi 4-3-3
dengan menggunakan 2 gelandang jangkar dan menempatkan seorang play maker didepannya adalah strategi yang saya kira cukup
bagus untuk tim kami. Formasi yang di desain sesuai dengan kemampuan para pemain
yang memang memiliki rutinitas bekerja dari pagi hingga sore hari.
Awalnya saya
dipersiapkan untuk menjadi seorang winger
dengan tugas merusak pertahanan lawan lewat akselerasi dan memberikan service manja kepada target man. Berlatih kecepatan dan umpan
crossing jadi makanan saya ketika
latihan dan itu benar-benar menguras energi. Pelatih juga memposisikan saya
sebagai striker murni atau target man apabila terjadi cidera pada striker inti kami atau formasi berubah
menjadi 4-4-2. Semua seolah berjalan dengan baik ketika latihan dan
pertandingan uji coba, kedua posisi tersebut membuat saya nyaman hingga bisa
memberikan hasil yang maksimal ketika latihan dan uji coba.
Namun nyatanya
berbeda ketika pertandingan, ketika hari H pelaksanaan turnamen saya harus
tergusur dari posisi winger pun bukan
menjadi seorang striker tapi malah
menjadi seorang full back. Tetiba pelatih
menginstruksikan saya menjadi full back dipertengahan
babak 1 ketika melawan Kanwil 3 yang notabene adalah juara bertahan. Ketika ditanya
oleh pelatih tentang kesanggupan saya menjadi full back saya langsung menjawab dengan tegas kalau saya siap
mengemban posisi itu. Bukan hal yang mudah dan juga bukan menjadi hal yang
sulit, saya pernah beberapa kali berposisi ini dibeberapa tim yang pernah saya
bela, jadi rasanya saya sanggup walau mungkin hasilnya tidak sebaik pemain yang
memiliki posisi asli sebagai full back.
Saya mengidolai
Paulo Ferreira yang mengisi posisi full
back kanan Chelsea (sekarang sudah pensiun) dia merupakan salah satu pemain
kesayangan Jose Mourinho yang dibawa dari gerbong FC Porto ketika berhasil
menjuarai Liga Champions. Permainan yang kalem, pembawaannya yang sopan dan
penampilan tampannya di atas lapangan membuat saya kagum akan sosoknya. Selain itu
saya juga jatuh hati dengan Owen Hargreaves, pria berkebangsaan Inggris yang
besar di Bayern Munchen ini merupakan sosok yang luar biasa menurut saya, dia bisa
bermain diberbagai posisi. Aslinya adalah sebagai defensive midfielder namun dia juga apik ketika diposisikan sebagai
full back. Saya melihatnya ketika dia
memperkuat Timnas Inggris, pada saat itu Gary Neville cidera dan dia di
instruksikan oleh Sven Goran Eriksen sebagai full back kanan dan hasilnya sungguh luar biasa, dia bermain sangat
baik. Hingga akhirnya kini dia pensiun sebelum pindah ke beberapa klub seperti
Manchester United hingga Manchester City. Saya acap kali memperhatikan aksinya
dilapangan hijau, banyak sekali ilmu yang dapat saya serap darinya hingga saya
praktekan dilapangan kemarin.
Pertandingan demi pertandingan berhasil dilewati dengan baik hingga akhirnya kami mampu menjuarai turnamen Piala Direktur Utama Tahun 2017. Dan satu hal yang tidak disangka adalah saya mendapat Pemain Terbaik di turnamen itu. Gak nyangka karena masih banyak yang menurut saya lebih layak menyandang gelar tersebut. Memang ketika pertandingan final saya bermain cukup lugas, disiplin dan bisa memimpin rekan-rekan dengan baik. Sapuan bola dan sliding tackle saya tidak ada yang miss, semua berjalan dengan baik sesuai dengan instruksi pelatih. Saya merasa seperti Sergio Ramos (hehehehe ngagul dikit) kala itu karena berposisi sebagai full back kanan, bernomor punggung 4, bermain lugas dan menjabat sebagai kapten tim. Yaaa intinya saya mampu memberikan effort maksimal untuk tim saya.
Pertandingan demi pertandingan berhasil dilewati dengan baik hingga akhirnya kami mampu menjuarai turnamen Piala Direktur Utama Tahun 2017. Dan satu hal yang tidak disangka adalah saya mendapat Pemain Terbaik di turnamen itu. Gak nyangka karena masih banyak yang menurut saya lebih layak menyandang gelar tersebut. Memang ketika pertandingan final saya bermain cukup lugas, disiplin dan bisa memimpin rekan-rekan dengan baik. Sapuan bola dan sliding tackle saya tidak ada yang miss, semua berjalan dengan baik sesuai dengan instruksi pelatih. Saya merasa seperti Sergio Ramos (hehehehe ngagul dikit) kala itu karena berposisi sebagai full back kanan, bernomor punggung 4, bermain lugas dan menjabat sebagai kapten tim. Yaaa intinya saya mampu memberikan effort maksimal untuk tim saya.
Disisi lain ada nama Christian Warobay asal Persipura yang menyabet gelar pemain terbaik Liga Indonesia tahun 2005. Yupp dia berposisi sebagai full back kanan pada saat memperkuat Persipura kala itu. Pun demikian dengan Maman Abdurahman yang juga meraih gelar yang sama di Liga Indonesia pada tahun 2006 dan juga berposisi sebagai full back kanan ketika membela panji PSIS Semarang yang kala itu di arsiteki oleh Bambang Nurdiansyah. Bukan merupakan hal yang aneh rasanya jika seorang pemain belakang mampu menyabet kelar individu tersebut, buktinya Warobay dan Maman bisa membuktikannya bahkan seorang Fabio Cannavaro pun pernah meraihnya ketika mampu membantu Italia menjuarai Piala Dunia tahun 2006.
Oyaa kami
membuat clean sheet di turnamen
kemarin, dari awal penyisihan hingga final gawang kami belum pernah kebobolan
sama sekali. Itu semua berkat kerja keras dan kerja sama tim dalam bermain,
pujian saya lantunkan untuk lini pertahanan kami yang diisi oleh duet Endang
Yusuf Nugraha dan Mas’ud. Perpaduan duet senior dan junior ini sangatlah baik,
terbukti dengan catatan clean sheet tim
kami. Semoga kedepannya kami mampu mempertahankan gelar ini dan semoga gelar
ini bisa memotivasi kami untuk berprestasi lebih baik di level yang lebih
tinggi.
0 komentar:
Posting Komentar