Beberapa waktu lalu saya berangkat ke Lombok bersama dengan 3 orang teman
saya, yaitu Mas Yogi, Febri dan Abel. Kami berangkat dengan judul mengikuti
pendidikan Enterprise Resource Planning
(ERP) yang memang kami usulkan ke manajemen untuk diselenggarakan di
Lombok. Jangan ditanya kenapa diselenggarakan di Lombok yaa, biasalah trik Tipuan Gelandang hehehe. Pendidikan ERP
sendiri memang sangat kami butuhkan, pasalnya ini sangat berkaitan dengan
sistem yang kami gunakan di perusahaan. Pengajarnya adalah Bapak Ivan Taufiza,
beliau bisa dibilang sangat berpengalaman sekali untuk hal ERP ini. Beliau pernah
bekerja di beberapa perusahaan ternama di Indonesia, bagian Human Capital adalah spesialisasinya
hingga mampu menguasai begitu banyak sistem yang digunakan oleh
perusahaan-perusahaan tersebut.
SAP merupakan sistem yang kami gunakan dalam penerapan ERP dan Pak Ivan
tahu benar dengan sistem ini. Pada sesi pembelajaran kami banyak bertanya dan
meminta saran kepada beliau bagaimana bisa memaksimalkan sistem kami dan
baiknya seperti apa tindakan yang akan kami lakukan agar sistem kami
benar-benar mampu menerapkan ERP dengan baik kedepannya.
Kami menginap di daerah Senggigi, woww disini pantainya tjakep banget apa
lagi kalau dibandingkan dengan Denpasar Bali, jauh lahh yaaa. Oyaa saya tidak
begitu menyukai pantai karena pemandangan yang menurut saya monoton dan
cuacanya yang panas. Tapi disini saya jatuh hati dengan pantai, mungkin karena
pemandangannya yang tjakep banget, alami dan banyak bule lagi berjemur hehehe.
Gak mau ketinggalan dengan teman-teman yang pernah kesini, akhirnya saya
berangkat menuju Gili Trawangan yang bisa dibilang tempat paling nge-hits di Lombok. Tiket nyebrang ke
Gili cukup mahal, saya harus merogoh kocek sebesar 170 ribu rupiah untuk PP
menyebrang ke Gili dengan menggunakan Fast
Boat. Sebenarnya ada yang lebih murah, yaitu dengan menggunakan perahu
nelayan, tapi gak dehhh saya trauma dengan itu. Sesampainya di Gili saya cukup
terheran karena mirip dengan Pulau Tidung yang ada di Kepulauan Seribu.
Kemiripannya terletak dari struktur pulau dan banyaknya home stay yang ada di Gili Trawangan. Tapi untuk keindahan pantai
saya rasa Gili jauh lebih baik dibanding Tidung, sumpah bersih banget dan
rasanya mau berenang aj kalau lihat air pantainya. Sayang jahitan di dagu belum
sembuh dan gak boleh kena air untuk beberapa waktu huhuu.
Di Gili banyak fasilitas yang dapat kita temukan, mulai dari home stay, sepeda, tempat makan, pusat
oleh-oleh dan banyak lagi fasilitas yang ditawarkan disini. Yang saya
khawatirkan adalah sinyal, karena di Senggigi sinyalnya buruk sekali
sampai-sampai saya harus menggunakan wifi
hotel untuk tetap bisa memantau kerjaan di kantor dan melihat jejaring
sosial. Tapi ternyata disini sinyalnya kenceng banget, bisalah buat update
status path atau upload snapgram hehehe.
Yaaa di Gili banyak bule berjemur dan berenang di pantai, udah cuma itu aj
pemandangannya, agak monoton memang kalau ke pantai (menurut saya).
Keesokan harinya saya berkunjung ke Dusun Sade yang terletak di Desa Sasak
daerah Rembitan, Lombok Tengah. Sade merupakan dusun yang penduduknya masih
mempertahankan adat suku sasak, Dinas Pariwisata setempat menjadikan Sade
sebagai Desa Wisata karena keunikan adat istiadat setempat beserta penghuninya.
Meski terletak disamping jalan raya, Sade masih memegang teguh menjaga keaslian
desa. Sade bisa dibilang gambaran suku asli Sasak Lombok, yaa walaupun sudah
mulai menggunakan listrik namun Sade menyuguhkan suasana perkampungan asli
pribumi Lombok. Bangunan rumah yang unik dan kain hasil sulaman para wanita
Sade membuat saya senyum-senyum sendiri. Rumah mereka dibangun dengan material
yang unik dan perawatannya pun demikian, mereka membersihkan rumah mereka
dengan menggunakan kotoran kerbau. Kebayang kan gimana jijik nya, tapi mereka
malah berpendapat kalau itu bisa membuat bangunan tambah kuat dan lantainya
adem. Tentunya mereka punya trik tersendiri bagaimana cara menggunakan kotoran
kerbau hingga hasilnya mampu membuat bangunan mereka jadi lebih indah.
Saya membeli kain panjang mirip syal bertuliskan Sade disisi kiri dan
Lombok disisi kanan, syal ini asli sulaman wanita Sade, lumayan lahh buat
pajangan di kamar atau dililitkan di tas kayanya kece juga hehee. Setelah
berkunjung ke Sade saya mampir ke salah satu rumah makan yang menyuguhkan
makanan khas Sasak, yaitu Nasi Balap Puyung. Isinya adalah Nasi dan ayam suir
serta taburan kacang goreng, tapi jangan salah walaupun tampilannya sederhana
rasanya menggugah selera banget lohh ini. Apa lagi ayamnya pedes banget,
beeuuhhhhh cocok banget deh buat penikmat kuliner pedas kaya saya.
Setelah makan kami bergegas sholat jumat dan melanjutkan perjalanan ke
bandara untuk kembali pulang ke Jakarta. Banyak cerita di debut saya datang ke
Lombok, dimulai dari tempat wisata, kuliner dan suasananya yang tentram. Kalau
diajak kesini lagi gak nolak deh, soalnya Lombok asik banget. Waaah udah malem
dan besok harus lembur di kantor, saya rasa cukup cerita tentang pengalaman
saya di Lombok, matur tampiasih!!