Kit futsalisme
2011 memang sudah lewat sekitar 6 bulan yang lalu tapi saya merasa seperti baru
kemarin melaluinya. Kenapa demikian? Karena itu bisa dibilang adalah pencapaian
terbaik saya selama ini dalam bidang futsal. Ajang futsal terbesar di Indonesia
yang diikuti tim dari 6 daerah di Indonesia menghasilkan tim dan pemain
berkualitas tentunya. Event yang digelar tiap tahunnya ini mampu menyedot
perhatian masyarakat karena pertandingan final futsal kategori umum disiarkan
langsung di televisi. Padahal Liga Futsal Indonesia yang notabennya adalah liga
futsal resmi yang menghasilkan pemain-pemain nasional tidak disiarkan langsung
di televisi. Hanya ada siaran langsung futsal baru-baru ini tentang futsal
nasional, itu pun futsal sea games yang akhirnya Indonesia hanya menempati
posisi ketiga.
Motivasi
tersendiri buat saya adalah ketika mendapat tawaran untuk bermain bersama Tim
Himalaya dalam kategori umum tingkat
nasional. Di mana sebelumnya Himalaya mampu menduduki peringkat ketiga dalam
regional Jakarta sehingga otomatis dapat menjejakkan kakinya di babak
selanjutnya dalam tingkat nasional. Awalnya ragu untuk menerima tawaran
tersebut karena saya juga mendapat tawaran untuk bermain di luar kota tepatnya
di daerah Pontianak. Namun setelah difikir ulang akhirnya saya memutuskan untuk
tidak berangkat keluar kota dan saya memilih untuk bermain dengan Himalaya dalam turnamen kit futsalisme 2011. Alasannya
hanya satu, yaitu ingin masuk televisi lewat hobi dan kemampuan saya bermain
futsal serta ingin menunjukkan kepada orang tua saya, karena orang tua saya
tidak mendukung saya dalam olahraga futsal. Mereka hanya ingin anaknya sukses
di jalur pendidikan dan tidak terhambat karena futsal.
Sore itu pada
tanggal 23 Desember 2011 pukul 15.00 yang disiarkan langsung di Tv One saya mengenakan
kostum Tim Himalaya yang berwarna biru
muda dengan strip putih dan bernomor punggung 4. Lawannya adalah Tim Raissa
yang dihuni oleh pemain Timnas dan pemain liga pro. Skor akhir 3-2 untuk
keunggulan Raissa atas Himalaya, mereka menang lewat perpanjangan waktu babak
kedua ketika waktu tinggal 7 detik lagi. Rasa sesal dan emosi jiwa membayangi selalu
kekalahan itu namun kekalahan itu bukan akhir dari segalanya. Walaupun hanya
menduduki peringkat kedua setidaknya saya bisa menunjukkan kepada orang tua
saya kalau kesuksesan itu bukan hanya melalui jalur pendidikan tapi dengan
olahraga semua juga bisa meraih kesuksesan.