Photobucket

#1

Virgiawan Listanto yang akrab disapa Iwan Fals adalah figur yang mempengaruhi jalan hidup saya selama ini. Sejak Taman Kanak-Kanak saya sudah sering didengarkan lagu-lagunya, secara tidak langsung saya sudah ter-influence beliau sejak kecil.

Photobucket

#2 title

Di samping saya adalah Andre Picessa. Bagi saya dia adalah seorang pemain Timnas Futsal yang sangat berkarakter. Bekerja sama dengannya dalam pembuatan iklan rokok dan dapat bermain 1 tim dengannya adalah suatu kebanggaan tersendiri buat saya.

Photobucket

#3

Ini adalah pencapaian terbesar saya selama ini. Mendapatkan Juara 2 dalam Turnamen Futsal Nasional KIT FUTSALISMO 2011 yang disiarkan langsung di Tv One pada tanggal 23 Desember 2011 pukul 15.00 WIB.

Photobucket

#4

Mereka adalah inspirasi saya selama ini. Gambar itu adalah foto dimana Iwan Fals sedang berpose bersama para Pemuda IREMTA (Ikatan Remaja Tanah Baru ). Gambar itu diambil sekitar pertengahan tahun 90-an ketika Pemuda IREMTA bermain sepakbola bersama Iwan Fals.

Photobucket

#5

Ini adalah tim terbaik saya, bukan hanya prestasi yang diutamakan melainkan kebersamaan dan kekeluargaan. Kami disatukan atas dasar perbedaan yang membuat kami semakin bijaksana ketika bermain untuk tim ini.

Senin, 21 Februari 2011

Ketika Mengemis Menjadi Sebuah Profesi


Mengemis merupakan suatu tindakan seseorang untuk meminta-minta uang ataupun makanan dari orang lain. Memang agak kurang terpuji kegiatan seperti ini. Namun apa boleh dikata, kini mengemis menjadi kegiatan yang banyak dilakukan oleh sebagian besar gelandangan yang berdomisili asli diluar Kota Jakarta. Bukan hanya menjadi kegiatan saja, namun mengemis saat ini sudah dijadikan profesi oleh sebagian orang ‘pemalas’ di Indonesia ini. Banyak alasan yang mereka kemukakan saat diwawancara oleh salah satu stasiun televisi, ada yang bilang karna mereka sudah kepepet, sulit mencari pekerjaan, dan ada yang bilang karna malas bekerja. Apa pun alasan mereka, sesungguhnya kegiatan ini tidak baik untuk dilakukan. Bahkan jika sampai dijadikan sebuah profesi. Padahal mereka ada yang berumur masih muda dengan badan gagah, tapi mereka mengemis. Sangat tidak layak hal yang mereka lakukan itu, sebenarnya mereka bisa melakukan pekerjaan halal dengan memanfaatkan keahlian mereka asalkan mereka mempunyai kemauan keras untuk bekerja.

Belum lama ini saya baca berita di internet ada seseorang pengemis yang siangnya mengemis namun ketika malam dia tidur di hotel. Waw! Sontak kaget saya membacanya. Bagaimana bisa seperti itu? Secara dia hanya seorang pengemis yang bisa dibilang mempunyai kelas ekonomi yang rendah. Seorang warga pun kaget, dan berkata “ dia siangnya mengemis di desa kami, tapi malamnya tidur dihotel. Sungguh aneh, saya sudah mengamati dan mengikutinya selama dua hari belakangan ini. Dan ternyata benar memang dia orangnya”. Sungguh aneh tapi nyata kejadian ini. Dan seorang penjaga hotel pun membenarkan adanya kejadian ini “orang itu sudah 14 hari menginap di hotel kami bersama istrinya, ketika siang pintu kamarnya dikunci dan istrinya ditinggal didalam sampai dia kembali lagi dikamar” ungkap seorang penjaga hotel. Pria yang berbahasa Indonesia-Aceh yang cukup lancar ini dikabarkan harus merogoh kocek sebesar Rp 75.000 untuk biaya sehari menginap di hotel. Bisa dibayangkan berapa pendapatan seharinya yang didapat dari profesinya sebagai pengemis.

Pemerintah sendiri sudah rutin melakukan razia gelandangan diwilayah DKI Jakarta pada umumnya. Dengan menggerakan SATPOL PP yang memang dikoordinir oleh Pak Gubernur, mereka merazia para pengemis dan gelandangan untuk direhabilitasi dipanti rehabilitasi. Tujuan dari rehabilitasi itu sendiri memang sangat bagus, yaitu memberikan kesadaran kepada para pengemis bahwa sesungguhnya mengemis merupakan kegiatan yang tidak baik, apalagi jika sampai dijadikan profesi. Disana juga diberikan sedikit pelatihan untuk mereka, agar nantinya mereka bisa menggunakan sedikit kemampuan yang mereka miliki untuk bekerja dan tidak kembali kejalanan untuk mengemis. Bahkan pemerintah memulangkan mereka ke kampung asalnya dengan biaya gratis dan layanan cuma-cuma. Bagus benar program yang sudah dilakukan pemerintah untuk mengurangi pengemis dan gelandangan yang beredar di Kota Jakarta ini, namun rasanya hampir terbuang sia-sia. Sebagian besar dari mereka ada yang kembali ke jalan untuk mengemis dan meminta-minta sedikit rezeki dari orang lain. Ini pelajaran bagi kita, setidaknya kita bisa membantu program dari pemerintah untuk mengurangi pengemis dan gelandangan di Kota Jakarta. Dengan tidak memberi uang kepada para pengemis yang meminta-minta terhadap kita. Memberi boleh saja karna itu merupakan sedekah, asal tidak berlebihan dan tidak memanjakan mereka.

Rabu, 16 Februari 2011

Dapur, Istana Bagi Para Wanita


Wanita yang identik dengan kecantikan dan kemolekan akan tubuhnya tentu tak lepas dari urusan masak memasak. Kegiatan yang dilakukan didapur tersebut memang sangat membutuhkan ketrampilan khusus, karna tidak semua orang bisa melakukan kegiatan memasak dengan baik. Sudah sejak kecil biasanya seorang wanita dibiasakan untuk memasak oleh orang tuanya. Walaupun pada awalnya hanya membantu sebagian kecil dari kegiatan memasak, perlahan-lahan seorang ibu akan mengajarkan anak perempuannya tekhnik bagaimana cara memasak dengan baik dan benar. Pada mulanya mereka diajarkan dari tahap yang paling mudah terlebih dahulu, misalnya memasak air yang hanya memanaskan air didalam panci hingga mendidih. Kemudian ke tahap yang sedikit lebih sulit, seperti memasak telor ceplok, mie instan sampai dengan tahap tertinggi dimana seorang wanita muda bisa memasak masakan enak dan lezat.

Tak heran jika dapur menjadi istana bagi para wanita, karna didapur lah seorang wanita dapat menuangkan semua inspirasinya untuk membuat masakan yang sesuai dengan selera mereka. Berawal dari dapur dan kebiasaan memasak yang sudah diajarkan sejak kecil, kini memasak bisa menjadi profesi yang menjanjikan. Menjadi seorang juru masak misalnya, jelas sangat dibutuhkan oleh restoran-restoran besar bahkan hotel berbintang yang memang membutuhkan juru masak berbakat untuk memenuhi tuntutan dari pelanggan yang ingin menikmati makanan lezat dan nikmat. Bahkan seorang juru masak pun bisa menjadi seorang entertainer terkenal, sebut saja Chef Farah Quinn. Chef yang bersuamikan orang bule ini, kini terlihat eksis ditelevisi menyajikan resep-resep masakannya. Namun tempat ia memasak bukanlah didapur rumahan, melainkan dapur yang berlatarbelakang pemandangan alam. Itu dimaksudkan agar para penonton yang menyaksikan acaranya tidak bosan menyaksikan dapur yang hanya dirumah saja. Dengan demikian sudah cukup membuktikan peran dari dapur. Bermula dari dapur sederhana dan masakan sederhana, seseorang bisa menjadi juru masak terkenal bahkan menjadi seorang entertainer yang eksis didunia pertelevisian. Tak dapat dipungkiri, tentu besar gaji yang mereka terima dari pekerjaan mereka itu. Karna sesuai dengan keahlian yang mereka miliki.

Namun seiring berkembangnya jaman, kini bukan hanya wanita yang akrab dengan dapur. Pria pun demikian. Banyak para pria yang menghabiskan waktunya didapur sebagai juru masak. Alasannya bukan karna memiliki gen wanita berlebih, namun karna mereka hoby memasak dan ingin mengembangkan hoby masaknya tersebut. Sebut saja Chef Rudy yang namanya sudah kondang didunia pertelevisian karna keahlian memasaknya. Tidak diragukan lagi keahlian beliau dalam meracik masakan, dari masakan tradisional daerah sampai masakan luar negeri pun dapat beliau kuasai dengan baik. Itu semua karna keuletan dan kegigihan beliau dalam memasak dan mengekspresikannya disebuah dapur hingga menjadi masakan yang nikmat. Dapat disimpulkan bahwa sesungguhnya berasal dari dapurlah kedua orang tersebut diatas berekspresi dan menjadi terkenal seperti sekarang ini. Dan dapur merupakan istana bagi para wanita untuk mengekspresikan dirinya lewat masakan-masakan yang nikmat dan lezat.

Selasa, 08 Februari 2011

Keringat Kami Terbuang Percuma


Asosiasi Sepakbola Mahasiswa Jakarta (ASMAJA) periode musim 2010 memang telah berlalu. Kompetisi yang diikuti 3 kasta yang berbeda ini memang penuh dengan persaingan ketat. Divisi Utama yang tahun sebelumnya dijuarai oleh Universitas Kristen Indonesia lagi - lagi mampu dipertahankan dengan sempurna oleh Firman dkk. Sedangkan pada Divisi Satu, Universitas Gunadarma lah yang mampu menjuarainya dengan kemenangan 1-0 atas Universitas Trisakti. Bisa dibilang penuh keberuntungan, karna penguasaan bola yang dimiliki oleh Trisakti jelas lebih unggul, namun selama pertandingan berlangsung mereka gagal menjebol gawang Gunadarma yang dijaga oleh Luky Ramdani. Ketika penonton dan pemain telah pasrah bahwa pertandingan akan berkesudahan dengan skor imbang 0-0, tiba-tiba Gunadarma mendapat tendangan bebas persis didepan kotak pinalty Trisakti. Endhy pemain Gunadarma yang akrab disapa ambon ini mengambil tendangan bebas dengan kaki kiri andalannya. Memang tendangannya dapat ditepis dengan sempurna oleh kiper Trisakti, namun bola muntahannya cepat diambil oleh Syamir dan langsung memberikan umpan kepada Noven untuk segera menceploskan bola ke gawang Trisakti. Dan GOLLL! 1-0 untuk Gunadarma sampai peluit akhir pertandingan ditiup oleh wasit yang memimpin pertandingan pada sore hari itu.

Juara 1 dan sekaligus mendapat tiket untuk promosi ke Divisi Utama 2011 jelas milik Gunadarma. Namun klub yang diperkuat oleh Deny Kusuma Ginta dkk ini belum puas atas hasil yang dicapainya. Karna mereka merasa belum mendapat hak yang seharusnya mereka dapatkan dari pihak kampus. Total uang hadiah ASMAJA yang jelas bernilai Rp 8.000.000 kabarnya hanya diterima oleh pengurus sebesar Rp 5.000.000 dan para pemain hanya mendapatkan uang masing-masing Rp 200.000 dari hasil hadiah tersebut. “jelas kami sangat kecewa, waktu dan keringat kami terbuang percuma. Kami latihan seminggu 2 kali, dimana setiap latihan kami diwajibkan untuk membayar uang sebesar Rp 5.000. Dan kami pun diharuskan membayar uang sebesar Rp 15.000 untuk membeli kaos kaki yang ‘katanya’ pengurus nanti akan diganti setelah uang dari kampus turun. Tapi sampai detik ini pun uang kami itu belum dikembalikan, entah kemana perginya uang kami itu. Latihan kami bayar, kaos kaki pun kami harus bayar, dimana pihak kampus memperhatikan kami? Sampai ongkos untuk bertanding pun kami tidak diberikan, hanya fasilitas mobil kopaja bobrok yang setia menemani kami, bisa dihitung dengan jari kami disediakan mobil dari kampus” tutur salah seorang pemain Gunadarma yang benar-benar kecewa dengan kampusnya. Salah seorang senior pun membenarkan adanya kejadian seperti itu bahkan dia menambahkan “payah memang kampus kami, seragam yang dipakai dari pertama kali UKM Sepakbola berdiri hanya itu-itu saja sampai sekarang. Seragam putih warnanya sangat dekil, sedangkan yang warna ungu ukurannya sangat kecil seperti seragam Sepakbola anak SMP. Kasian bagi mereka yang badannya berukuran besar, memakai bajunya ketat dan celananya pendek sekali. Wahh payah sekali kampus saya. Setidaknya ada beasiswa yang dberikan untuk kami yang telah mengorbankan uang, waktu dan keringatnya untuk kampus, tapi apa balasannya? Semuanya terbuang percuma” .

Setelah disingkapi dengan cermat memang tidak setimpal balasan yang mereka terima, mereka telah mengorbankan uang, waktu dan keringat mereka untuk kampusnya. Namun mereka hanya mendapat penghargaan yang dinilai memang kurang pantas mereka dapatkan. Setidaknya mereka mendapat beasiswa untuk menghargai jasa yang telah diberikan oleh mahasiswa untuk kampusnya. Kini Gunadarma telah mempersiapkan diri untuk kembali mengarungi kompetisi ASMAJA 2011, namun kali ini Divisi Utama, bukan Divisi Satu. Mereka harus lebih meningkatkan fisik, mental dan kerjasama tim agar mereka tidak jatuh ke jurang degradasi seperti tahun 2009 lalu. Memang terlihat penyegaran dari tim yang diarsiteki oleh Coach Moch Rochudin ini, terlihat wajah-wajah baru menghiasi line-up pemain dari Gunadarma. Semoga saja mereka dapat bermain dengan baik dan menunjukkan kapasitasnya sebagai pemain hebat, serta mampu bertahan di Divisi Utama setidaknya sampai musim 2011 berakhir.

SALUT UNTUK LOYALITAS TANPA BATAS KALIAN !

TETAP SEMANGAT dan TETAP BERJUANG KAWAN!